PENERAPAN KOMPOSISI UKIRAN

Konsep, Kaidah dan Desain Ragam Hias Ukiran pada Sebuah Produk

Oleh Aji Koswara

Pelatihan Desain dan Ukir Kayu 2010, Tim FSRD ITB & PPPPTK Seni dan Budaya Yogyakarta.


  1. PENDAHULUAN

    Elemen ukiran pada suatu produk seringkali keberadaannya ditafsirkan dengan pandangan yang beragam.. Penafsiran yang beragam itu disebabkan oleh sifat umum dari fungsi ukiran yaitu untuk memperindah atau mempercantik suatu barang atau produk. Lebih jauh lagi pandangan mengenai ukiran pada masa kini juga sering menjadi perdebatan yang menarik mengenai perlu tidaknya suatu produk memiliki ornamen ukiran. Ukiran itu jika diperlukan, maka apa tujuan dan bagaimana desain serta penempatannya? Pertanyan seperti itu memberikan tantangan baru bagi rancangan ukiran pada produk yang sesuai dengan kebutuhan masa kini. Walaupun demikian, ukiran dan unsur visual desain lainnya pada suatu produk selayaknya ditempatkan sebagai suatu yang “melebur”, menjadi suatu kesatuan yang utuh. Akibatnya adalah bahwa proses perancangannya menempatkan ‘ukiran’ sebagai unsur visual bersama-sama dengan unsur visual desian lainnya yang terdiri dari : titik, garis, bidang, tekstur, warna dan volume serta ukiran. Dari semua pandangan mengenai ukiran, ada hal yang tampaknya menununjukan kesepakatan pandangan, yaitu bahwa daya tarik suatu ukiran tercermin dari kekaguman terhadap keterampilan tangan pengukirnya yang membawa pada penjelajahan nilai dan atau simbol yang ingin disampaikannya. Nilai yang paling sederhana adalah nilai keindahan ukiran yang sifatnya sangat subyektif, dirasakan melalui indera penglihatan dan indera rasa.

     

  2. TUJUAN PEMBELAJARAN

    Setelah selesai mengikuti pembelajaran atau pelatihan ini, peserta pelatihan diharapkan memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang ukiran serta dapat membuat rancangan ukiran yang estetis pada suatu produk.

  3. PENDEKATAN PEMBELAJARAN

    Pendekatan pembelajaran yang digunakan adalah pendekatan pembelajaran pemecahan masalah melalui pola-pola berpikir kreatif dengan teknik pemberian stimulan berupa teks dan gambar-gambar sketsa. Bobot pembelajaran teori dan praktek 30% berbanding 70%, yang disampaikan secara

     

  4. KONSEP DESAIN, KAIDAH RAGAM HIAS UKIRAN PADA SUATU PRODUK

    Ukiran pada hakehatnya keberadaannya tidak bisa berdiri sendiri, ukiran dirancang untuk menjadi bagian dari suatu barang atau produk, baik produk barang 2 dimensi maupun produk barang 3 dimensi. Dari aspek pembelajaran Bahan ajar ukiran dapat dikategorikan sebagai : (a)Bahan ajar yang sifatnya keterampilan teknis, (b) Bahan ajar yang berkaitan dengan gagasan-gagasan kreatif.

     

    D.1 Konsep Desain Ragam Hias

    Konsep Desain Ragam hias pada suatu produk akan berkaitan dengan gagasan-gagasan kreatif penciptaan desain ragam hias pada suatu produk. Ukiran terkait erat dengan karakteristik teknik atau alat yang digunakan yaitu pahat ukir, maka secara konsep, Desain Ragam hias ukiran akan berhubungan dengan pemikiran mengenai: (a) Ukiran secara konseptual merupakan bagian utuh dari rancangan suatu produk yang memiliki tema atau konsep tertentu. Artinya ukiran merupakan bagian dari suatu produk yang memiliki aspek kegunaan tertentu. (b)Desain Ragam hias ukiran sebaiknya mengeksplorasi kekuatan-kekuatan yang dimungkinkan oleh penggunaan pahat ukir yang tidak dapat dilakukan oleh peralatan lain dan (c) Ukiran merupakan hasil pekerjaan tangan yang sangat cermat, teliti tetapi tidak memperlihatkan kesamaan mutlak pada detail-detail jejak pahatannya, bahkan seringkali pada raut bentuk yang lebih besar, sehingga tidak menjadi semacam produk masal yang bisa dilakukan dengan bantuan peralatan mesin kayu atau hasil pengunaan “copying machine’.

 

D.2 Kaidah Desain Ragam Hias

Kaidah dalam ukiran menjadi sangat penting jika ukiran yang dibuat dengan motif, teknik serta gaya-gaya ukiran klasik hasil para pengukir pendahulu yang mumpuni, yang keberadaannya diakui secara luas. Kaidah itu akan berkaitan dengan bentuk permukaan, motif yang digunakan, arah dan gerak motif, makna, simbol serta tempat pada produk dimana ukiran itu ditempatkan. Kaidah-kaidah itu sebaiknya dipelajari lebih mendalam secara terpisah karena akan menyangkut aspek yang sangat kompleks seperti aspek komparasi dan perkembangan budaya. Ini penting untuk dipelajarai secara bertahap sebagai penghargaan atau penghormatan pada para pengukir pendahulu, para Mpu yang berhasil mengembangkan bahkan menciptakan gaya ukiran yang dikenal luas di berbagai negara.

Keragaman tampak pada berbagai aspek misalnya Ragam hias Pajajaran memiliki Pokok: semua daun atau bunga besar maupun kecil dibuat cembung. Ragam hias Pajajaran memiliki Culo besar atau kecil berbentuk cembung. Ragam Hias Bali memiliki Pokok: cembung dan cekung serta memiliki sunggar, yaitu sehelai daun yang tumbuh membalik dimuka berbentuk berbentuk krawingan, tumbuh dari ulir bagian benang. Ragam hias Jepara garis besar motifnya berbentuk prisma-segitiga yang melingkar-lingkar dan pada penghabisan lingkaran berpecah menjadi beberapa helai daun menuju ke bagian gagang atau pokok. Kaidah-kaidah tersebut secara visual menunjukan karakteristik ragam hiasan tertentu. Di Jawa dan Bali terdapat banyak gaya ukiran yang sudah dikenal dan diakui secara luas seperti : Gaya ukiran Pajajaran, Cirebon, Pekalongan, Mataram, Majapahit, Bali, dan Madura. Tiap perbedaan gaya atau ragam hias memperlihatkan karakteristik tersendiri. Perbedaan keindahann dari masing-masing gaya akan lebih dapat dirasakan ketika berhadapan langsung dengan ukiran yang menjadi bagian dari produk atau barang. Artinya adalah, bahwa kaidah bagi sebuah karya ukiran juga menyangkut pada kedekatan atau persamaan yang dapat dirasakan oleh para pemerhatinya. Sebagai contoh amatilah gaya ukiran Madura dan kemudian perbandingkanlah dengan gaya ukiran Jepara, maka apa yang dikemukakan di atas akan dapat lebih dirasakan keberadaannya, terutama dalam upaya memahami kaidah-kaidah ukiran.

Ragam hias ukiran juga berkembang sejalan dengan kebutuhan masyarakat masa kini, maka terbuka kemungkinan pada tumbuhnya gagasan-gagasan baru ragam hias ukiran. Keberadaan kaidah tentunya didahului oleh kebakuan yang diakui keberadaannya di masyarakat, maka ragam-ragam hias masa kini dapat menempatkan kaidah-kaidah ukiran klasik sebagai rambu-rambu dalam proses kreatif penciptaan ragam hias ukiran baru dan membuka luas peluang bagi tumbuhnya kaidah baru bagi ukiran.

 

  1. DESAIN RAGAM HIAS UKIRAN

    Desain ragam hias ukiran dapat berada pada barang produk atau pada karya Desain Arsitektur. Konsep dan Kaidah pada keduanya pada hakekatnya sama, hanya pada aspek dimensi ruang yang memberi nuansa perbedaan dan berpengaruh pada pilihan gaya, detail dan penempatannya.

  2. BEBERAPA GAGASAN STUDI DESAIN RAGAM HIAS UKIRAN PADA PRODUK.

F1. Studi 1A

Gambar No: F1/1

Pengantar Studi Ruang ‘3 Dimensi’ Pada Bidang datar

 

F1. Studi 1B

Studi 1B: ‘Ruang 3 Dimensi” pada Ukiran Bidang datar

(Lihat Gambar No: F1/1)

Tujuan Pelatihan:

Setelah melakukan latihan ini peserta pelatihan dapat menggambarkan ruang

‘3 Dimensi’ ukiran pada kayu bidang datar, dengan memanfaatkan faktor penempatan obyek ukiran secara perspektifis dan komposisi kedalaman dan kedangkalan ruang, serta perbedaan dimensi antara obyek yang beada di depan dan yang dibelakang.

Pengantar Latihan Praktek Desain

  1. Tentukan bentuk geometris yang akan dijadikan sebagai obyek studi, misalnya : Bola, kerucut, silinder, limas atau kubus.
  2. Letakan bola diantara satu bidang datar (disini contohnya Dinding tembok bata). Bidang tersebut bisa berupa bidang, atau garis atau kumpulan titik.
  3. Tempatkan raut bentuk bola pada: (c1) Tempatkan bola kedua-duanya pada anak tangga, (c2) Tempatkan bola satu di atas anak tangga dan bola lainnya di depan bidang dinding bata dan (c3). Tentukan penempatan bola yang satu dibelakang bidang dinding bata dan bola lainnya didepan bidang dinding bata.
  4. Perhatikan ketiga gambar tersebut, kemudian bandingkan dan rasakan ruang ‘3 dimensi’ yang terjadi pada ketiganya.

 

Latihan


Buatlah latihan seperti di atas dengan menggunakan motif yang berbeda (pengganti bola) serta unsur visual pembatas yang lain (pengganti bidang bata), dengan susunan yang disesuaikan dengan karakteristik elemen visual yang berbeda . Amati hasilnya dan kembangkan ke kemungkinan-kemungkinan diperolehnya ruang ‘3 dimensi’ yang lain lagi.

Hasil Latihan

Hasil latihan akan berupa gambar sketsa ruang ‘3 Dimensi’ yang digambar pada satu lembar kertas gambar yang terpisah.

 

F2.Studi 2A

 Gambar No: F2/2

Studi Awal Sketsa Motif Tumbuhan

 

F2. Studi 2B

Studi 2B: Sketsa Awal Desain Ukiran Motif Tumbuhan

(Lihat Gambar No: F2/2 )

A. Tujuan Pelatihan:

Setelah melakukan latihan peserta diharapkan dapat membuat sketsa tumbuhan yang merupakan keterampilan awal dalam membuat Desain Ukiran motif tumbuhan pada bidang datar.

 

B. Pengantar Latihan Praktek Desain

(a). Amatilah lingkungan tumbuhan di sekitar kita, kemudian pilihlah satu pohon atau satu kelompok pohon dan buatlah gambar sketsanya yang struktur keseluruhan dan detailnya dibuat semirip mungkin dengan pohon yang sebenarnya.

  1. Gambar sketsa Garis-garis (gambar tangkai atau rantingnya) dan bidang-bidang (daunnya) mungkin terlalu riuh atau ramai untuk dibentuk oleh pahat ukir.
  2. Lakukan pengamatan terhadap gambar tersebut meliputi bentuk keseluruhan, keseimbangannya, garis-garisnya, bidang-bidangnya, titik dan unsur visual lainnya yang ada pada gambar tersebut.
  3. Perhatikan dan amati sketsa yang saudara buat dan tentukan inti dari keseluruhan struktur pohon, konfigurasi bidang-bidang (daun) dan elemen-elemen yang tidak esensial dihilangkan.
  4. Buatlah sketsa desain ukiran motif tumbuhan yang merupakan perkembangan dari gambar sketsa awal yang telah dibuat sebelumnya.

 

C. Latihan

Buatlah latihan seperti di atas dengan menggunakan motif tumbuhan yang ada diseliling, selanjutnya dikembangkan menjadi sketsa desain motif ukiran tumbuhan yang siap untuk diterapkan..

D. Hasil Latihan

Hasil latihan akan berupa: (a) Sketsa gambar tumbuhan, (b) Sketsa gambar desain ukiran yang merupakan pengembangan dari sketsa (a).


F3.Studi 3A

 

Gambar No: F3/3

Gambar struktur motif tumbuhan sebelum diperkaya

untuk menjadi suatu motif ukiran

F3. Studi 3B

Studi 3B: Sketsa Awal Desain Ukiran Motif Tumbuhan

(Lihat Gambar No: F3/3 )

 

  1. Tujuan Pelatihan:

    Setelah melakukan latihan peserta diharapkan dapat membuat sketsa sketsa struktur batang pohon, cabang dan ranting pohon yang membentuk suatu pohon.

     

  2. Pengantar Latihan Praktek Desain

    Tidak semua cabang atau ranting pohon yang ada harus digambar, pilih da tentukan cabang dan ranting pohon yang secara keseluruhan satu dengan yang lainnya memiliki nilai estetis.

    1. Amatilah lingkungan tumbuhan di sekitar kita, kemudian pilihlah satu pohon atau satu kelompok pohon dan buatlah gambar sketsa struktur pohon keseluruhan (sketsa 1)
    2. Perhatikan gambar sketsa tersebut, mungkin saja cabang atau ranting pohonnya terlalu kompleks atau rumit, atau barangkali kurang banyak sehingga terkesan kosong. Tambahkan atau kurangi batang atau ranting sehingga pohon tampak lebih menarik (sketsa 2)
    3. Gambar sketsa Garis-garis (gambar tangkai atau rantingnya) dan bidang-bidang (daunnya) mungkin terlalu riuh atau ramai untuk dibentuk oleh pahat ukir, kurangi dan seimbangkan (sketsa 3) dan seterusnya.
    4. Lakukan pengamatan terhadap gambar tersebut meliputi bentuk keseluruhan, keseimbangannya, garis-garisnya, bidang-bidangnya, titik dan unsur visual lainnya yang ada pada gambar tersebut.
    5. Perhatikan dan amati sketsa yang saudara buat dan tentukan inti dari keseluruhan struktur pohon, konfigurasi bidang-bidang (daun) dan elemen-elemen yang tidak esensial dihilangkan.
    6. Buatlah sketsa desain ukiran motif tumbuhan yang merupakan perkembangan dari gambar sketsa awal yang telah dibuat sebelumnya.

 

  1. Latihan

    Buatlah latihan seperti di atas dengan menggunakan motif tumbuhan yang ada diseliling, selanjutnya dikembangkan menjadi sketsa desain motif ukiran tumbuhan yang siap untuk diterapkan..

     

  2. Hasil Latihan

    Hasil latihan akan berupa: (a) Sketsa gambar tumbuhan, (b) Sketsa gambar desain ukiran yang merupakan pengembangan dari sketsa (1.2 dan seterusnya).

F4.Studi 4A


 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Gambar No: F4/4

Sketsa Motif Bunga Azalia

 

F4. Studi 4B

Studi 4B: Sketsa Awal Desain Ukiran Motif Bunga

(Lihat Gambar No: F4/4)

 

  1. Tujuan Pelatihan:

    Setelah melakukan latihan ini peserta latihan dapat membuat sketsa awal ukiran motif tumbuhan dengan gaya naturalis dan dapat membuat sketsa ukiran motif bunga dari sketsa motif tumbuhan awal.

 

  1. Pengantar Praktek Latihan Desain
    1. Garis-garis pada gambar sketsa bunga No: F4/4 memperlihatkan gambar garis-garis dan bidang yang lebih jelas, tetapi masih belum cukup untuk dijadikan sebagai gambar sketsa desain ukiran yang siap digunakan.
    2. Elemen visual garis dan bidangnya perlu ditambah atau dikurangi sesuai dengan kebutuhan untuk mewujudkan ukiran yang terkesan garis-garisnya luwes sesuai dengan karakteristik bunga.
    3. Pengamatan dilanjutkan dengan mencari setangkai bunga dan ranting kecilnya kemudian buatlah gambar sketsa desainnya.
    4. Perhatikan elemen-elemen visual yang digambar karena setiap titik, garis atau bidang akan dibentuk oleh pahat ukir yang sesuai dengan dimensi yang telah ditentukan melalui gambar sketsa.
    5. Pola penempatan motif dapat dilakukan dengan studi-studi sederhana seperti tampak pada gambar berikut:


 

Gambar No: F4/4A

Studi penempatan pola bunga pada bidang motif ukiran

Studi motif bunga bisa dikembangkan dengan studi penempatan motif bunga pada berbagai raut bentuk bidang dan pengembangan motif itu sendiri.

 

  1. Hasil latihan

    Hasil latihan berupa gambar sketsa Desain Ukiran Motif Bunga digambar pada kertas gambar yang terpisah.

 

F5. Studi 5A, B, C, D

 

 

Gambar No:F5/5A

Sketsa awal desain ukiran motif tumbuhan merambat.


Gambar No:F5/5B

Sketsa awal desain ukiran motif tumbuhan merambat

 


Gambar No:F5/5C

Sketsa awal desain ukiran motif tumbuhan merambat.

 

 

Gambar No:F5/5D

Sketsa awal desain ukiran motif tumbuhan merambat.

 

F6. Studi 6A

Studi 6B: Sketsa awal desain ukiran motif tumbuhan merambat

(Lihat Gambar No: F5/5A,B,C,D)

 

A. Tujuan Latihan:

Setelah melakukan latihan ini peserta latihan mengetahui dan dapat membuat sketsa awal ukiran motif tumbuhan merambat dengan gaya naturalis dan dapat membuat sketsa ukiran motif bunga dari sketsa motif tumbuhan awal.

  1. Pengantar Praktek/Latihan Desain
  1. Tiga gambar yang diletakan berurutan ke bawah memperlihatkan langkah-langkah dalam mencari pola-pola arah dan gerak motif tumbuhan merambat.
  2. Terdapat banyak kemungkinan jumlah langkah yang dapat digunakan, bisa tiga langkah atau bahkan sampai lima langkah.
  3. Elemen visual garis yang memiliki arah dan gerak merupakan tempat untuk menempatkan elemen visual lainnya seperti bidang yang berupa daun, bunga atau buah.
  4. Studi ini memiliki kemungkinan yang luas, sebagai contoh berapa ratus raut kontur motif daun yang bisa digambar dan juga distilir sehingga menjadi raut bentuk yang menarik.
  5. Penempatan dan kepadatan ruang antara daun dengan daun, daun dengan ranting dengan buah dan seterusnya berpengaruh pada pilihan desain yang hendak dimunculkan.
  6. Perlu berhenti sejenak untuk mengamati secara lebih mendalam apakah konfigurasi yan dibuat sudah ‘baik’.
  7. Perhatikan elemen-elemen visual yang digambar karena setiap titik, garis atau bidang akan dibentuk oleh pahat ukir yang sesuai dengan dimensi yang telah ditentukan melalui gambar sketsa.

 

  1. Latihan

    Dengan pola pemikiran yang serupa dan dapat diperkaya dengan gagasan yang muncul selama proses latihan, buatlah Ragam Hias tumbuhan merambat yang lebih menarik.

     

  2. Hasil Latihan

    Hasil latihan berupa gambar sketsa Desain Ukiran Motif Tumbuhan merambat yang digambara pada kertas gambar yang terpisah.


  1. BEBERAPA GAGASAN STUDI DESAIN RAGAM HIAS UKIRAN PADA PRODUK.

 

F7.Studi 7A

F7. Studi 7B

Studi 6B: ‘Ranting Pohon’ sebagai Gagasan Desain Ukiran

(Lihat Gambar No: F7/7A)

 

Tahap-tahap pembelajaran:

  1. Tujuan Latihan:

    Setelah melakukan latihan ini peserta latihan dapat memilih dan menentukan raut visual dalam membuat sketsa awal ukiran motif tumbuhan dan mampu memperkaya dengan menambahkan elemen visual lainnya dalam satu konfigurasi elemen-elemen visual baru.

     

  2. Pengantar Praktek/Latihan Lihat Gambar No: F7/7A:
    1. Gambarlah kontur sebatang ranting pohon yang bentuknya memiliki daya tarik estetis tertentu.
    2. Buatlah beberapa raut ranting-ranting yang serupa.
    3. Susunlah ranting-ranting yang serupa dengan pola tertentu, misalnya dengan menempatkan, berjajar, bersinggungan, saling tumpang tindih, begitu juga arahnya: tegak lurus, miring atau berbaring
    4. Pada awal penyusunan elemen-elemen visual, gunakanlah teknik pola ulang, kemudian kembangkan ke pola-pola atau konfigurasi kreatif yang lain.
    5. Perkayalah elemen visual ranting dengan unsur visual lainnya seperti bidang, atau tekstur serta bentuk atau volume. Elemen visual itu dapat berupa buna, buah atau daun dan tekstur.
    6. Penyusunan elemen visual ukiran juga akan diperkaya nilai-nilai yang hanya dapat dirasakan dengan indera rasa, jika sejak awal dan selama penyusunan di tentukan tema ukiran yang diinginkan.
    1. Latihan

      Buatlah gambar sketsa pengembangan desain ukiran dari ide”Ranting pohon”, dengan menambahkan dan mengurangi elemen viaual yang tidak perlu.

  1. Hasil Latihan

    Hasil latihan berupa gambar sketsa Desain Ukiran Motif motif tumbuhan merambat digambar pada kertas gambar yang terpisah.

F8. Studi 8A


 

F9. Studi 9A


 

 F10. Studi 10A

 

 

F11. Studi 11A


F12. Studi 12A


F13. Studi 13A

 

F14. Studi 14A


F15. Studi 15A


F16. Studi 16A


DAFTAR PUSTAKA

Koswara Aji. (1996). Ukiran jepara. Tesis Magister ITB. Bandung: Tidak dipublikasikan.

Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II Jepara. (1976). Risalah dan Kumpulan Perkembanagn Seni ukir Jepara. Jepara: Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II Jepara.

Sudarmono dan Sukijo. ((1979). Pengetahuan Teknologi Kerajinan Ukir
Kayu. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan 1979.

The Pepin Press. (1998). Indonesian Ornamental Design. Singapore: The Pepin Press.

One thought on “PENERAPAN KOMPOSISI UKIRAN

Leave a comment